Ritual - Ritual Adat Menyongsong Upacara Tinju adat



Di kabupaten nagekeo, ada salah satu seremonial adat oleh masyarakat setempat dikenal dengan sebutan sudu. Walaupun aturan dan cara bertarungnya tidak sama dengan olahraga tinju yang sebenarnya namun terdapat beberapa kemiripan. Tinju adat bukan soal kalah atau menang melainkan pertarungan antara laki laki untuk membuktikan kewibawaan dan harga diri laki laki , kata seorang mosalaki yang mendiami rumah adat yakni bapak Hiasintus Kiko di kediamannya di Wolopogo, Desa Rowa. Pada umumnya tinju adat ini berlangsung antara dua sampai lima menit tergantung kekuatan masing-masing petarung. Tinju adat adalah salah satu cabang olahraga bela diri yang dilakukan dengan tangan. Tinju adat didesa Rowa , terjadi di dua kampung yaitu ;
  1. Tinju adat atau dalam bahasa setempat dikenal dengan sebutan “sudu” di Wolopogo, dilakukan pada musim hujan yaitu pada bulan Februari 
  2. Di kampung Woloboa dilakukan pada waktu musim panas Tinju adat di Wolopogo dieselenggarakan oleh suku Ruda sedangkan di kampung Woloboa oleh suku Menge Dobe. Tinju adat dari suku Ruda, diawali dengan ritual adat hisa yang dilakukan pada pertengahan bulan Januari, sedangkan seremonial tinju adat sendiri terjadi pada bulan Februari. 



HISA 

Hisa adalah pembukaan dari semua seremonial adat, yang juga merupakan seremonial awal dari penanaman berbagai jenis tanaman pertanian diantaranya : penanaman pisang, bambu (bhetho, pezi) pinang, nenas, damar, zama (untuk membuat tali ripe). Semua jenis tanaman tersebut tidak boleh ditanam sebelum hisa dilakukan. Dampak dari pelanggaran tersebut adalah terjadinya kemarau panjang, dll. Hisa dilakukan oleh seorang fungsionaris/ketua suku yang membawa topo bhuja pire (tombak dan parang pusaka) dari rumah adat sa’o tiwu lema dan sa’o dhize dan dibawa serta ke lokasi ritualyang bertempat di Bheku. Ritual ini hanya bias diikuti oleh kaum pria, yang merupakan warisan leluhur yang harus dilakukan secara turun temurun.

Langkah – langkahnya seremonial adat Hisa 



  1. Menyiapkan beras, ayam, bawang putih, ayam dari rumah adat, bawang merah, daging babi, pisang. Pisang yang dibawa harus dibakar untuk dimakan, sebelum makan nasi bambu (po’o) secara bersama-sama.
  2. Mengisi beras, air kedalam bambu dan dimasak. po’o dheta, sebanyak 7 bambu dan bamboo-bambu tersebut harus dilukai dan dimasak bersamaan dgn ayam yang dibawa dari rumah adat.
  3. Setelah Po’o dimasak, Po’o tersebut kemudian dimakan secara bersama – sama
  4.  Kemudian semua peserta yang ikut dalam seremonial tersebut bersama – sama berdiri mengelilingi tempat ritual menyaksikan tuan adat melakukan upacara penikaman bamboo yang digunakan untuk menyimpan moke menggunakan bhuja (tombak). Bambu tersebut diletakan pada tangga yang biasa digunakan untuk memanjat pohon nira (moke). Penikaman bamboo tersebut dilakukan dari bawah pangkal bambu.
  5. Setelah upacara tersebut dilakukan semua peserta yang hadir dalam seremonial adat tersebut bersama- samak pulang ke kampong adat(rumah adat). Sebelum tiba di rumah adat, ada satu seremonial lagi yaitu pemanggilan roh-roh, yang dilakukan oieh tuan adat menggunakan bahasa adat. Pemanggilan tersebut dilakukan sebanyak Tiga kali, lalu putar badan ke arah ke kanan.


    • Kalimat pertama : di bhada pu zele lobo pa zale wa da rua pogo ,mai pago dia raba ae da lina ne kuru da nguza, ie…….. ye………….. 
    • Kalimat ke dua : Pago zale wa da rua bo’a nage, wa’a zili nangaroro, bhada zili ma’u karo, bhada wa dia mbay danga, kili pa mena raba ae da lina ne kuru da nguza ie……….ye………….. 
    • Kalimat ketiga : Wa’a mbay danga ,wa’a riung, bhada mena pota ,reo,ruteng ,mai zebu pago dia bhada da pu mena ruteng,bhada da mano ,wa’a dia bea laing ,bhada wa’a ai mere ,inerie, bhada wa’a dia mataloko, zebu zele lobo mai pago dia raba kuru da nguza ne ae da lina. ie………..ye……………… 

Tujuan dari hisa adalah  upacara untuk meminta izin agar para petani bisa menanam tanaman pertanian. Yang berperan penting dalam acara hisa adalah ketua  suku ruda. Sanksi pelanggaran, dalam hal ini penanaman tanaman sebelum hisa dilakukan adalah dengan terjadinya bebarapa musibah seperti : di sambar petir atau mengalami gangguan jiwa (gila). ( Vinsen) 


Next : Akan diulas tentang :Po'o Ze, Rau Rego, Hedha Wewa, Woe, Dero, Sudu (Tinju Adat)

Post a Comment

4 Comments

  1. tinju adat ( sudu/ Etu / sagi) bukan semata tentang olahraga atau adu ketangkasan para lelaki di sebagian besar etnis Nagekeo,sudu juga bertujuan untuk menjalin persahabatan antara pihak yang bertarung hal ini terlihat dari ketika pertarungan akan segera berakhir kedua warior akan saling berpelukan simbolisasi dari perdamaian.bagi saya sebagai putra Rowa tulisan ini sangat bermanfaat bagi generasi penerus,mengingat sejarah atau budaya Rowa pada khususnya hanya termuat dalam bentuk lisan (Nusi nange)yang diwariskan atau diceritakan secara turun temurun dan saya yakin akan hiang apabila kita tidak tuang dalam bentuk tulisan.satu fakta membuktikan bahwa masyarakat Rowa dulunya terdapat budaya persunatan bagi kaum laki-laki(Gedho lako),dikhawatirkan bahwa generasi dibawah saya nanti tidak akan pernah tahu bahwa dulunya kita pernah diadakan budaya tersebut karena memang tidak ada yang pernah menulis saya sendiripun cerita ini saya dapatkan melalui lisan.semoga saja kejadian ini tidak terjadi pada budaya zuza ngi'i. saran saya buat bung Vinsen mungkin bisa telusuri sebab terjadi hilangnya ritual tinju adat atau sudu dikampung Woloboa oleh suku Menge Dobe atau dengan kata lain kenapa tidak diselenggarakan sampai sekarang?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk Tinju adat perempuan dari suku menge dobe, sebenarnya sudah kita ketahui bahwa sejak terbakarnya rumah adat dan gendang pusaka, seremonial tinju perempuan tidak bisa dilanjutkan, karena gendang yang sebenarnya adalah gendang yang terbuat dari kulit manusia.. di zaman sekarang ini, kita tidak bisa membuat gendangnya, karena persoalan kulit manusianya...

      Delete

close